Langsung ke konten utama

Ikan kerapu macan

Ikan kerapu tergolong dalam famili Serranidae, tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik kecil. Kebanyakan hidup di perairan terumbu karang dan sekitarnya, adapula yang hidup disekitar muara sungai. Menurut Nontji (1987) nama kerapu biasanya digunakan untuk empat genus anggota famili Serranidae yaitu Epinephelus, Variola, Plectropomus dan Cromileptes. Sebagian besar Genus  anggota famili Serranidae hidup di perairan relatif dangkal dengan dasar terumbu karang, tetapi beberapa jenis diantaranya dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 300 meter
Identifikasi kerapu macan pertama kali dilakukan oleh Weber and Beaufort (1931), keduanya mendeskripsikan ikan tersebut mempunyai bentuk badan yang memanjang gepeng (compressed) atau agak membulat, mulut lebar serong ke atas dengan bibir bawah menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi geratan berderet dua baris, lancip dan kuat serta ujung luar bagian depan adalah gigi yang terbesar. Sirip ekor umumnya membulat (rounded), sirip punggung memanjang dimana bagian jari-jarinya yang keras berjumlah kurang lebih sama dengan jari-jari lunaknya, jari-jari sirip yang keras berjumlah 6–8 buah, sedangkan sirip dubur berjumlah 3 buah, jari-jari sirip ekor berjumlah     12–17 dan bercabang dengan jumlah 13–15. Warna dasar sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya terdapat titik berwarna merah kecoklatan serta tampak pula 4–6 baris warna gelap yang melintang hingga keekornya. Badan ditutupi oleh sisik kecil, mengkilat dan memiliki ciri-ciri loreng

Klasifikasi Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada :
Class : Chondrichthyes
Sub class : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus

Daerah penyebaran kerapu macan dimulai dari Afrika Timur, Kepulauan Ryukyu (Jepang Selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia dan Polinesia (Katayama, 1960).
Menurut Weber dan Beaufort (1931), di Indonesia ikan kerapu banyak ditemukan diperairan Pulau Sumatera, Jawa, Selawesi, Pulau Buru dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memilki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapu sangat besar (Tampubolon dan Mulyadi, 1989).
Dalam siklus hidupnya kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5–3,0 m, selanjutnya menginjak masa dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7,0–40 m, biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal (Tampubolon dan Mulyadi, 1989). Habitat favorit larva dan kerapu  muda adalah perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun (Anonymous, 1991).
Parameter kualitas air yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 7,0–40 m, biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal (Tampubolon dan Mulyadi, 1989). Habitat favorit larva dan kerapu  muda adalah perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun (Anonymous, 1991).
Parameter kualitas air yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 24–31 0C, salinitas antara 30–33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8–8,0 (Yoshimitsu et al, 1986). Menurut Nybakken (1988) perairan dengan kondisi tersebut diatas pada umumnya terdapat diperairan  terumbu karang. 

Teknik Pembenihan :


  •   Penyediyaan Induk :

Keberhasilan suatu usaha pembenihan sangat ditentukan pada ketersediaan induk yang cukup, baik dalam jumlah dan kuantitas serta keseragaman. Induk betina yang siap untuk dipijahkan memiliki berat badan lebih dari 4 kg sedangkan induk jantan lebih dari 6 kg, sehat dan tidak cacat.

  •  Seleksi Induk :

Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron

  •  Pemijahan :

Pemijahan ikan kerapu macan yaitu : pemijahan dengan Manipulasi Lingkungan Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara induk jantan dengan induk betina digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap.Induk yang telah matang kelamin ditempatkan di bak pemijahan dengan perbamdingan jantan dan betina 1:2
  
  •   Seleksi Telur :

Ikan kerapu macan menghasilkan telur dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan ukuran tubuhnya. Induk yang lebih besar akan menghasilkan telur yang lebih banyak dibandingkan dengan induk yang ukuran yang lebih kecil
  
  •   Penetasan :

Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva, sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 – 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Telur akan menetas dalam waktu 18 – 22 jam

  •   Pemeliharaan Larva :

Pemeliharaan larva dimulai dengan penebaran larva kedalam bak pemeliharaan larva. Larva yang berumur satu hari (D1) sampai (D2) berwarna putih transparan, pergerakannya mengikuti arah arus air, penglihatannya belum berfungsi dan masih mempunyai yolk egg (kuning telur ) sebagai cadangan makanan sehingga larvabelum membutuhkan tambahan pakan dari luar tubuh, pada saat larva sudah berumur (D3) cadangan makanan atau kuning telur telah habis,sehingga larva membutuhkan pakan dari luar tubuhnya.


  •   Pakan :


Karena kuning telur sudah habis maka perlu diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 – 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 – 10 ekor/ml plytoplankton 10 – 2.10 sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 – 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 – 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari.
   
  •   Pengelolaan Kualitas Air :

telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan Akan mengalami pembusukkan maka pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.
    
  •    Pemanenan :

Cara pemanenan dengan mengurangi air, hingga tersisa seperempat bagian, kemudian dialirkan lewat saringan pembuangan dan larva akan mengapung pada bak pemanenan,bak pemanenan dilengkapi dengan waring halus.

Sesuai  dengan  nama nya  ikan  ini sangat  buas  seperti  macan , memiliki  tingkat  konsumsi yang  paling  tinggi.
Harga  Rp 100.000 - Rp 150.000 / KG
Berat  per  ikan 0.5 Gram


 

Komentar