Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Ketidakjujuran serta Manusia dan Cita-Cita

A. Ketidakjujuran yang identik dengan sifat curang 1. Curang Curang merupakan salah satu sifat tercela bahkan mengarah pada kemunafikan. Menjauhi sifat tersebut memerlukan pembiasan. Caranya jangan sekali-kali mencoba berbuat curang, karena sekali saja hal itu dilakukan akan menjadi kebiasaan. Bagaimana cara agar kita terhindar dari sifat curang yang identik dengan ketidakjujuran? 1.  Jujur pada diri sendiri Luangkan waktu untuk mengevaluasi diri sendiri. Temukan alasan-alasan di balik setiap kebohongan yang kita ucapkan. Pikirkan bagaimana bila kita ada di pihak lain yang telah kita bohongi. Temukan apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup. 2. Minta Tolong Bukan bantuan tenaga profesional yang kita butuhkan. Tetapi bantuan dari lawan bicara kita Terkadang dibutuhkan pengertian dan persiapan untuk menerima informasi. 3. Katakan dengan hati Mengucapkannya dengan penuh perasaan memang tidak akan membuat si lawan bicara urung untuk mara

Tanggungjawab dan Jenis-Jenis Tanggungjawab

A. Tanggung Jawab            Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.          Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau  perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertang­gung jawab.Disebut demikian karena manusia, selain merupa­kan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual ataupun teologis.         Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial.Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai

Kegelisahan dan macam-macam kecemasan menurut Sigmund Freud

Menurut Sigmund Freud , kecemasan dibagi menjadi tiga macam, yakni : A. Kecemasan obyektif atau Kenyataan Kecemasan obyektif adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada di dekat dengan benda- benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya. Contohnya : Seorang anak yang takut akan kegelapan. Seseorang yang cemas akan serangga. B. Kecemasan Neurotis (saraf) Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Sigmund freud sendiri membagi kecemasan ini menjadi 3 bagian : Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu

Harapan dan Kepercayaan

A. Harapan          Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.            Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".  Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi di mana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil. B. Mengapa manusia memiliki harapan?  

Nilai-nilai Budaya, Teori Budaya, dan Akulturasi Budaya

A. Nilai-nilai Budaya Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu : Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas) Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat). B. Teori-teori Budaya 1. Ki Hajar Dewantara Kebudayaan menurut Ki Hajar D